HASIL QUICK COUNT
Kamis, 9 Juli 2009
JAKARTA (Suara Karya): Hasil hitungan cepat (quick count) sejumlah lembaga survei menunjukkan perolehan suara pasangan capres dan cawapres Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono mengungguli lawannya di Pemilihan Presiden 2009, Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto. Berdasarkan hasil hitungan cepat, Direktur LP3ES Suhardi Suryadi memprediksi pilpres berlangsung satu putaran. Menurut dia, pasangan SBY-Boediono mendapat dukungan tertinggi melampaui separo dari 90 persen TPS jumlah pemilih secara nasional. Bahkan, di kantong-kantong suara yang diprediksi akan dimenangkan oleh pasangan JK-Wiranto, seperti di Aceh, pasangan SBY-Boediono menang telak dengan perolehan suara 90,97 persen, sementara JK-Wiranto hanya 4,62 persen. Secara nasional, kata dia, rata-rata kemenangan pasangan SBY-Boediono mencapai 59 persen. Sedangkan JK-Wiranto hanya menang di Sulawesi Selatan dengan perolehan suara 62,29 persen, Sulawesi Barat 49,57 persen, dan Megawati-Prabowo hanya memenangi suara di Bali dengan perolehan suara 54,32 persen. Berbeda dengan hasil hitung cepat lembaga lain, Hitungan cepat Indonesia Development Monitoring (IDM) justru sebaliknya. Menurut IDM, SBY-Boediono meraih suara 38,83 persen, Megawati-Prabowo 30,35 persen dan JK-Wiranto 31,29 persen. IDM mengambil sampel dari 3. 000 TPS di 33 provinsi mulai pukul 13.00 (wib, wita, wit) dengan teknik menghitung langsung hasil dari penghitungan suara di setiap TPS. Lembaga Riset Informasi (LRI) merilis, pasangan SBY-Boediono meraih 61,11 persen, Megawati-Prabowo 27,02 persen, JK-Wiranto 11,87 persen. Capres Jusuf Kalla mengaku menghargai setiap hasil quick count yang dilakukan oleh lembaga survei dan stasiun televisi. Namun, Jusuf Kalla mengatakan akan tetap menunggu hasil penghitungan suara resmi yang dikeluarkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk memantapkan keyakinannya. Jusuf Kalla memberikan penghargaan terhadap hasil-hasil quick count meski menempatkannya di posisi kedua atau ketiga. Jusuf Kalla menilai hasil quick count bukanlah hasil keseluruhan karena hanya mengambil setengah persen dari tempat pemungutan suara (TPS) sebagai sampel. Mengenai indikasi kecurangan, Jusuf Kalla mengatakan belum melihat hubungannya dengan hasil quick count. Namun, berdasarkan laporan saksi di lapangan, Jusuf Kalla mengatakan, para saksi masih menganggap hasil quick count belum sesuai dengan kondisi di lapangan. "Sejauh ini di daerah masih positif, masih menganggap hasil quick count tidak sesuai di lapangan," ujarnya. Sementara itu, calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan meski saat ini dalam proses penghitungan cepat ia unggul dibandingkan Jusuf Kalla, hubungan keduanya tetap baik. Mereka berdua tetap berkomitmen menuntaskan tugas pemerintahan hingga akhir masa jabatan, yaitu 20 Oktober 2009. Ia menjelaskan hasil penghitungan cepat yang mengunggulkan dirinya tidak akan mengganggu hubungan kerja di antara keduanya. "Kami dipilih pada 2004 lalu dan mengucapkan sumpah, tentu akan penuhi sumpah itu. Dan ketika Pak JK bertemu dengan saya secara tertulis beliau ingin maju sebagai capres dan kami sepakat melanjutkan tugas hingga akhir masa jabatan," tegasnya. Yudhoyono mengatakan, ia pernah mengalami kekalahan saat pemilihan wakil presiden pada 2001 lalu, dan memang memerlukan waktu untuk menata hati dan kemudian melangkah ke depan. Sementara itu, pasangan capres-cawapres Megawati-Prabowo Subianto menganggap ada upaya pembentukan opini bahwa penghitungan suara dalam proses Pemilu Presiden (Pilpres) 2009 sudah selesai. "Sebaiknya, seluruh lapisan masyarakat harus bersabar dan teliti. Tunggu penghitungan suara nasional masuk," kata cawapres Prabowo Subianto dalam konferensi pers di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat, Rabu malam. Menurut Prabowo, proses penghitungan suara masih berjalan dan jumlah suara yang masuk ke KPU masih sebagian, malah tergolong masih kecil. Namun, pihaknya mengindikasikan kelompok berupaya menciptakan opini bahwa proses penghitungan itu sudah selesai dan telah didapatkan hasilnya. Indikasi tersebut dapat dilihat dari adanya kegiatan mengumumkan hasil quick count atau penghitungan cepat sebelum proses penghitungan nasional selesai. Bahkan, kata Prabowo, pengumuman hasil quick count itu satu jam setelah selesai proses pemungutan suara. Lembaga-lembaga survei itu mendasarkan diri pada proses exit poll, yakni melakukan survei dengan cara wawancara langsung terhadap pemilih usai mencontreng di TPS. "Padahal di beberapa negara maju, proses exit poll itu dianggap kriminal," katanya. (Tri Handayani/M Kardeni/Rully/Feber Sianturi) |
No comments:
Post a Comment